TANGERANGNEWS.com- Belendung merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Benda, Kota Tangerang. Tak hanya sekadar nama, Belendung rupanya menyimpan sejarah, terutama berkaitan dengan tokoh-tokoh jawara.
Hal ini dapat dilihat dalam buku Melacak Asal Muasal Kampung Di Kota Tangerang yang menelusuri asal-usul wilayah mulai dari Kampung Kepu sampai Bulak Amerika.
Penamaan Belendung tidak lahir secara kebetulan. Nama kawasan tersebut diambil dari sosok Ki Belendung, figur yang dikenal berpengaruh pada kurun 1920-an hingga 1940-an.
Ki Belendung disebut sebagai seorang jawara atau jegger yang kerap singgah di bawah pohon kedondong besar di kawasan itu.
Di tempat tersebut, ia sering mencicipi makanan para pedagang tape yang melintas. Keberanian dan pengaruhnya membuat nama Belendung melekat kuat hingga kemudian digunakan sebagai identitas wilayah yang kini masuk dalam pemekaran Batuceper.
Namun, sejarah Belendung tidak hanya berkisar pada kisah jawara. Kawasan ini juga memiliki peran penting dalam perjalanan syiar Islam.
Salah satu tokoh sentralnya adalah KH. Kilin Izzudin, ulama yang masjidnya, Al Barkah, dikenal sebagai pusat kegiatan keagamaan awal di wilayah Batuceper-Belendung.
Menurut penuturan yang berkembang di masyarakat, KH. Kilin juga memiliki kaitan dengan tokoh legendaris Betawi, Si Pitung.
Sosok yang dikenal sebagai pejuang rakyat itu disebut pernah singgah dan menimba ilmu di Belendung sebelum bergerak ke Batavia.
"Sebelum bergerak ke Batavia, Si Pitung pun sempat kemari untuk belajar kepada KH. Kilin, kira-kira sebelum tahun 1870. Perjuangan Si Pitung di tahun 1870-an melakukan pemberontakan kepada Hindia Belanda. Bukti Si Pitung pernah belajar kepada KH. Kilin terungkap dari kata-kata KH. Kilin kepada cucunya, 'Mat-mat noh Si Pitung baru sampe noh Mat'," ucap Sulaiman salah satu tokoh masyarakat setempat.
Pada masa itu, Si Pitung yang diperkirakan berusia sekitar 18 tahun disebut kerap datang menemui KH. Kilin yang berusia sekitar 30 tahun.
Ia menggunakan sepeda damas atau ontel untuk mencapai Belendung. Hubungan guru dan murid tersebut bahkan melahirkan ungkapan penghormatan dari Si Pitung kepada sang ulama.
"KH. Kilin adalah guruku, guru syariatku".
Hubungan tersebut perlahan membuat nama Belendung semakin dikenal luas. Keberadaan KH. Kilin menarik perhatian masyarakat sekitar yang ingin mengetahui sosok ulama yang menjadi rujukan tokoh sekelas Si Pitung.
"Jadi ketika Si Pitung belajar ke KH. Kilin, orang mulai bertanya siapa Kiai Kilin, siapa H. Kilin, saat itulah nama kampung kami mulai dikenal orang," jelas Sulaiman.