Connect With Us

Warga Ciben Imlek Dengan Prihatin

| Jumat, 20 Januari 2012 | 18:56

Bentrok antara warga dengan Satpol PP. (tangerangnews / rangga)


TANGERANG
-Warga Cina Benteng (Ciben) yang berada di Kota Tangerang, menyambut perayaan Imlek, yang jatuh Senin (23/1), dengan biasa-biasa saja. Hanya makanan ala kadar, dan tanpa baju baru.

Demikian potret dari kehidupan mereka, yang sebagian besar berada dalam kelompok ekonomi kelas menengah bawah. Misalnya, Yanto ,30, warga Kampung Eretan, Karawaci Bansin, Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, yang harus berjuang keras menjadi tukang ojek perahu.

"Biasa-biasa saja mas, biarpun mau Imlek. Buat apa dengan meriah, cari uang susah begini," ucapnya yang menjadi tukang ojek perahu di Sungai Cisadane, Jumat (20/1).

Menurut Yanto, dalam sehari dia bisa memperoleh uang Rp 50.000, hasil dari ojek perahu. Tiap penumpang tidak dikenakan tarif khusus, pembayaran dilakukan secara sukarela. Namun warga di Kampung Eretan, umumnya sudah memasang tarif sendiri, jika anak sekolah Rp 1.000, sedangkan orang dewasa Rp 2.000. Jika membawa barang biasanya warga menambah menjadi Rp 3.000.

"Imlek paling beli daging babi, dan sedikit kue kering. Syukur-syukur ada yang menyumbang, jadi bisa meringankan saya," ucapnya yang memiliki dua orang anak.

Lince ,55, warga Ciben di Kampung Eretan lainnya, yang ditemui saat sedang membuat kue nastar, mengatakan sudah terbiasa bagi keluarganya merayakan Imlek dengan cara sederhana. "Tiap tahun biasa-biasa saja, tidak pernah beli baju baru atau pesta. Paling makan ala kadarnya, dan berkumpul bersama keluarga," ucapnya.

Untuk Imlek kali ini, Lince membuat kua nastar sebanyak satu kilogram, dengan bahan baku nanas satu buah. "Buat secukupnya saja, habis mampunya segini," ujarnya.

Lince memiliki empat orang anak, dan tiga orang cucu. Suami dan dua anak laki-lakinya bekerja sebagai montir lepas. "Dapat pekerjaan tidak tentu, kalau lagi rame ya lumayan," tandasnya.

Menurut Eddy Lim, Ketua Forum Masyarakat Kampung Benteng (FMKB), mayoritas warga etnis Cina Benteng, hidup pas-pasan sehingga tidak bisa bermewah-mewah ria saat Imlek. "Kami ini terbiasa hidup sederhana dan apa adanya. Karena itu, biarpun mau Imlek, kami selalu prihatin," ucapnya.

Bagi warga Ciben pengakuan dan legalitas dari pemerintah adalah jauh lebih penting, ketimbang perayaan Imlek. "Sampai saat ini pemerintah belum menunjukkan itikad baik kepada eksistensi kami. Buktinya adalah kami sudah mengajukan proses pembuatan surat-surat tanah kepada BPN di Kota Tangerang dan BPN pusat, tapi belum ada respon," ucapnya.(DRA)

KAB. TANGERANG
Korban Kekerasan Seksual di Kabupaten Tangerang Kerap Dikucilkan, Pemkab Fokus Bangun Rumah Aman

Korban Kekerasan Seksual di Kabupaten Tangerang Kerap Dikucilkan, Pemkab Fokus Bangun Rumah Aman

Selasa, 16 September 2025 | 20:07

Di tengah perjuangan untuk pulih dari trauma, para korban tindak pidana kekerasan seksual (TPKS) di Kabupaten Tangerang sering kali menghadapi tantangan berat lainnya yakni pengucilan dan perlakuan tidak adil dari lingkungan sekitar

BANTEN
Penyaluran Program Sekolah Gratis Banten Tahap II Ditargetkan Rampung Akhir September 2025

Penyaluran Program Sekolah Gratis Banten Tahap II Ditargetkan Rampung Akhir September 2025

Selasa, 16 September 2025 | 19:07

Gubernur Banten Andra Soni memastikan percepatan penyaluran Program Sekolah Gratis untuk tahap kedua yang ditarget akan rampung pada akhir September 2025.

TOKOH
Kabar Duka, Ketua KONI Banten Edi Ariadi Meninggal Dunia di RS Siloam Karawaci

Kabar Duka, Ketua KONI Banten Edi Ariadi Meninggal Dunia di RS Siloam Karawaci

Senin, 8 September 2025 | 08:52

Kabar duka datang dari keluarga besar Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Banten. Ketua Umum KONI Banten, Edi Ariadi, yang juga mantan Wali Kota Cilegon periode 2016-2021, meninggal dunia pada Senin, 8 September 2025, pagi.

OPINI
Pendidikan Tinggi: Tangga Sosial yang Tak Terjangkau Semua Orang

Pendidikan Tinggi: Tangga Sosial yang Tak Terjangkau Semua Orang

Selasa, 16 September 2025 | 15:19

Pendidikan tinggi kerap disebut sebagai tangga mobilitas sosial—jalan bagi anak-anak dari keluarga biasa untuk mendaki ke strata sosial yang lebih tinggi. Namun kenyataan di lapangan sering kali tidak seindah slogan.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill