Connect With Us

Berbagi Hati : Pertama Nikmat Seterusnya Rakus

Jurnalis Warga , Denny Bagus Irawan | Rabu, 3 Februari 2016 | 20:37

Ilustrasi Hati. (Istimewa / Istimewa)

Oleh : Parni Hadi

“Yang enak dan nikmat itu yang pertama, yang kedua dan seterusnya adalah rakus,” begitu katanya. Ini bukan soal istri pertama, kedua dan seterusnya, sekalipun judulnya Berbagi Hati. Ini soal susu, tepatnya, kopi susu.

Tulisan ini diilhami oleh buku “Berbagi Hati” (Noura Books, 2013) karya almarhum Houtman Z (ainal) Arifin, seorang tokoh aktivis sosial, teman saya sebagai pembina Dompet Dhuafa.

Pak Houtman, yang suka blusukan pada bulan Ramadhan dengan tujuan untuk menolong orang miskin melakukan “penculikan” guna menimba pengalaman tentang rasa. Pengalaman itu kemudian dikisahkan dalam buku ukuran saku yang isinya sangat menyentuh, menusuk, hati.

Alkisah, korban “penculikan” itu adalah seorang tukang ojek kayuh (sepeda) di kawasan Jakarta Utara. Pak Houtman membawa si “korban” yang disebut bernama Ahmad ke sebuah hotel mewah. Kepadanya disodorkan menu. Pak Houtman menawari Ahmad untuk memilih apa yang ia sukai dengan jaminan akan dibayari. Bahkan, untuk menu yang sangat istimewa, sekalipun.

Waktu Magrib sebagai penanda buka puasa semakin dekat, tapi Ahmad tetap memandangi menu, tak segera memilih. Akhirnya, si tukang ojek menjatuhkan pilihan, ”Saya minum kopi susu aja deh.” Kaget dengan pilihan Ahmad, Pak Houtman penasaran, “Lho, kenapa kopi susu?”

Setelah diam sejenak, Ahmad menjawab, ”Sudah 20 tahun saya nggak minum kopi susu.” Begitu sederhana jawabannya, mencerminkan kondisi ekonominya, bahwa minum kopi susu baginya sebuah kemewahan.

Saat azan Magrib berkumandang, Ahmad menyeruput kopi susu itu dengan penuh kenikmatan dan syukur. Wajahnya yang semula pucat menjadi berbinar-binar. Ketika ditawari untuk menambah satu gelas kopi susu lagi atau menu lain, jawabannya lebih mengejutkan, “Yang enak dan nikmat itu yang pertama Pak. Yang kedua dan seterusnya adalah rakus.”

Mendengar jawaban itu Pak Houtman merasa mendapat pelajaran sangat berharga bahwa kenikmatan itu adalah “cukup”, bukan “lebih”, karena yang lebih itu akan memancing ketamakan. Yang memberi pelajaran itu bukanlah ustadz atau seorang penganjur moral.

Apa yang dikutip Pak Houtman dari tukang pojek itu persis seperti makna ungkapan “Enough is enough” itu. Artinya, orang harus tahu batas dan selalu mensyukuri apa pun yang ia peroleh sebagai sebuah kenikmatan.

Sekarang bagaimana rasanya memiliki lebih dari satu istri? Menurut cerita seseorang yang pernah mengalaminya, berat sekali untuk dapat bertindak adil. Padahal, berlaku adil adalah dasar diperbolehkannya seorang laki-laki berpoligami. Bertindak adil adalah suatu hal yang hampir mustahil. Maka, yang terjadi kemudian adalah pengamalan ilmu “sekali bohong, tetap bohong”.

Poligami dilakukan orang sejak dulu kala, terutama oleh raja. Dalam cerita wayang dikisahkan Bathara Kresna, Raja Dwarawati, yang dikenal arif-bijaksana, beristeri tiga. Pertama adalah Jembawati sebagai permaisuri, lalu Rukmini dan Setyaboma.

Ki Dhalang Nartosabdo (alm) dengan cerdas menceritakan bagaimana Kresna menyusun jadwal giliran ketiga istrinya. Senin untuk permaisuri, Selasa untuk Rukmini, Rabu untuk Setyaboma. Demikian juga giliran untuk Kamis, Jumat dan Sabtu. Masing-masing dapat dua hari dalam seminggu. Tersisa satu hari, Ahad, untuk siapa? Ki Dhalang menjawab: “Libur”.

Itu cerita wayang. Dalam kisah nyata, bisa jadi Ahad digunakan untuk mencari yang lain lagi. Dasar rakus. Astagfirullah.

 

OPINI
Bahasa Anak Gen Z di Media Sosial: Antara Kreativitas Linguistik dan Evolusi Otak Digital

Bahasa Anak Gen Z di Media Sosial: Antara Kreativitas Linguistik dan Evolusi Otak Digital

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:51

Di era ketika setiap ekspresi terekam dalam unggahan, bahasa kini menjadi cermin identitas digital. Ungkapan seperti “healing-an dulu biar nggak overthinking” atau “LOL” tidak lagi sekadar rangkaian kata

KOTA TANGERANG
617 Botol Miras Diduga Buat Pesta Tahun Baru Disita Satpol PP Kota Tangerang

617 Botol Miras Diduga Buat Pesta Tahun Baru Disita Satpol PP Kota Tangerang

Rabu, 17 Desember 2025 | 21:47

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) PP Kota Tangerang menyita sebanyak 617 botol minuman beralkohol dari berbagai merek untuk menjaga suasana kondusif menjelang perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2026 (Nataru).

NASIONAL
Mendagri Minta Gubernur Rampungkan Penetapan Upah Minimum 2026 Sebelum Natal

Mendagri Minta Gubernur Rampungkan Penetapan Upah Minimum 2026 Sebelum Natal

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:12

Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian meminta pemerintah daerah agar tidak menunda penetapan upah minimum tahun 2026.

PROPERTI
Paramount Gading Serpong Punya Logo Baru, Makna Bentuk dan Warnanya Penuh Filosofi 

Paramount Gading Serpong Punya Logo Baru, Makna Bentuk dan Warnanya Penuh Filosofi 

Kamis, 11 Desember 2025 | 10:03

Paramount Gading Serpong resmi memperkenalkan identitas visual terbaru yang menegaskan arah pengembangan kawasan sebagai kota modern yang tumbuh berkelanjutan.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill