TANGERANGNEWS.com-Pemerintah pusat melalui Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) Serentak se-Indonesia, dengan target 1 juta penerima (akseptor) sampai akhir Mei 2025.
Dalam program tersebut, wilayah Kabupaten Tangerang menjadi sasaran utama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten, karena jumlah penduduk yang tinggi.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengatakan program KB serentak ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan kualitas keluarga Indonesia.
“Kita mulai dari Tangerang di Banten untuk program satu juta penerima akseptor atau penerima KB," ujarnya di Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Senin 5 Mei 2025.
Menurutnya, program ini diutamakan menggunakan metode IUD (Intrauterine Device) atau yang juga dikenal sebagai KB spiral.
Alat kontrasepsi ini berbentuk T yang dipasang di rahim untuk mencegah kehamilan. Alat ini bekerja dengan menghalangi sperma mencapai sel telur atau dengan mengubah lapisan rahim agar tidak mendukung implantasi.
"Untuk memenuhi target program ini, maka akan dilakukan pendekatan oleh kader dalam memberikan edukasi kepada masyarakat," jelas Wihaji.
Selain itu, seluruh bidan di seluruh Indonesia pun sudah disampaikan agar memberikan pemahaman mengenai pentingnya perencanaan memiliki anak dengan jarak yang disesuaikan.
"Program ini untuk perencanaan yang baik dalam keluarga dan juga kesehatan. Maka itu para kader nantinya memberikan edukasi kepada warga," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Banten Dimyati Natakusumah berharap program KB ini mencapai lebih dari 100 ribu akseptor di Banten.
Sasaran utama program ini adalah Kabupaten Tangerang yang merupakan wilayah terpadat di Banten.
"Target utama Kabupaten Tangerang, paling padat. Lalu, Kota Tangerang, Tangsel dan Cilegon. Baru Lebak, Serang dan Pandeglang," ujarnya.
Menurutnya, tujuan program KB serentak ini, selain untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk, juga kesehatan bagi ibu dan anak.
"Selama ini ibu dan anak yang jadi korban, kalau laki-laki tidak terlalu mikir banyak. Kalau anak terlalu berentet kasihan nanti anaknya. Kadang-kadang kurang gizi, sakit, stunting, speech delay, autis. Terus ibunya juga hidupnya selalu kesulitan," tegasnya.