TANGERANGNEWS.com-Kurikulum Prototipe bisa menjadi pilihan bagi sekolah untuk menerapkannya di tahun 2022, selain dari kurikulum yang sudah ada yakni Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat.
Namun untuk Kurikulum Prototipe, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) membeberkan sejumlah keuntungan dalam penerapannya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kemendikbudristek, Zulfikri menyebutkan, lewat Kurikulum Prototipe guru tidak dikejar-kejar target materi pembelajaran yang padat.
Selain itu, guru bisa lebih fokus pada materi esensial yang berorientasi pada kebutuhan dan penguatan karakter siswa.
“Metode pembelajarannya juga lebih bervariasi, situasi belajar lebih menyenangkan bagi guru dan siswa, serta guru diberi kesempatan untuk mengeksplor potensi siswa lewat berbagai inovasi pembelajaran,” ujarnya seperti dilansir dari Liputan6, Kamis 30 Desember 2021.
Menurut Zulkifli, Kurikulum Prototipe berbasis kompetensi statusnya semacam model untuk pilihan di mana guru dan murid tidak merasa terlalu terbebani. “Penyempurnaan dari kurikulum darurat, di kurikulum prototipe ini (strukturnya) lebih ditata selain disederhanakan juga," katanya.
Namun, Zulfikri meminta sekolah untuk memahami secara mendalam konsep kurikulum ini terlebih dahulu, sebelum mengadopsi Kurikulum Prototipe itu.
"Karena ini pemulihan, dilakukan pengurangan materi dari Kurikulum 2013 yang padat dan dipilih materi yang esensial. Sehingga guru punya waktu memulihkan proses pembelajaran itu dan melakukan inovasi pembelajaran yang fokus kepada anak berdasarkan konteks, kebutuhan, dan potensi anak yang beragam," jelas dia.
Dengan semakin meningkatnya layanan pembelajaran di sekolah maka anak akan tumbuh dan berkembang sesuai potensi, dan hilangnya pembelajaran (learning loss) pun bisa diatasi.
"Kalau menggunakan kurikulum yang padat materi sementara PTM dilakukan secara terbatas, itu tidak mungkin (akan mencapai kualitas belajar yang diharapkan). Sehingga (kurikulumnya) perlu disederhanakan," terang dia.
Kemendikbudristek juga mengaku telah melakukan pengawasan dan evaluasi penerapan kurikulum darurat yang disebut dapat mengurangi dampak learning loss akibat pandemi secara signifikan.
Studi Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) menunjukkan bahwa siswa pengguna kurikulum darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio-ekonominya.
Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi learning loss numerasi dan literasi, penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73 persen (literasi) dan 86 persen (numerasi).
"Saat penerapan kurikulum darurat, terjadi mitigasi 73 persen dari learning loss. Dan ini dilanjutkan dengan kurikulum prototipe pemulihan pembelajaran yang menjadi dasar untuk pengembangan Kurikulum Prototipe. Selama dua tahun, yaitu tahun 2022 sampai dengan 2024 sekolah dapat menerapkan kurikulum prototipe ini. Untuk kemudian akan kita evaluasi kembali," tutur Zulfikri.