Connect With Us

Buya Yahya Jelaskan Asal Mula Sebutan Gelar Gus, Begini Sejarahnya  

Fahrul Dwi Putra | Kamis, 5 Desember 2024 | 12:04

Gus Miftah saat berdakwah di Lapas Pemuda Tangerang, Kamis (24/10/2019). (TangerangNews/2019 / Achmad Irfan Fauzi)

TANGERANGNEWS.com- Beberapa waktu ini, pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah menjadi sorotan usai mengolok-olok pedagang es teh asongan dalam acara pengajian.

Setelahnya, Gus Miftah menuai beragam hujatan dan beberapa netizen menganggapnya tidak layak menyandang gelar "Gus". 

Adapun terkait gelar "Gus". Buya Yahya memberikan penjelasan mengenai asal mula sebutan gelar "Gus," yang sering digunakan di kalangan masyarakat, terutama di lingkungan pesantren. 

Menurutnya, gelar ini memiliki makna dan sejarah yang sangat erat kaitannya dengan tradisi penghormatan terhadap keluarga ulama atau kiai.  

Buya menjelaskan, sebutan "Gus" secara tradisional diberikan kepada anak-anak seorang kiai. Gelar ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa seseorang adalah bagian dari keluarga kiai, sosok yang dihormati karena ilmu, kelembutan, serta manfaat yang mereka berikan kepada masyarakat.  

"Gus itu gelar yang diberikan oleh para pecinta kiai untuk anak-anak kiai. Artinya, kalau seseorang dipanggil Gus, itu biasanya menunjukkan bahwa dia adalah anak seorang kiai," ujar Buya Yahya dalam sesi siniar di akun Marchel Radhival dikutip Kamis, 5 Desember 2024.  

Meski begitu, ia juga menekankan bahwa tidak ada pengesahan formal untuk gelar ini. Gelar kiai sendiri, menurut Buya Yahya, bukan sesuatu yang ditetapkan secara resmi, melainkan muncul dari pengakuan masyarakat atas manfaat ilmu dan kasih sayang seorang tokoh yang dihormati.  

"Seorang kiai menjadi kiai karena manfaat ilmu dan kelembutan yang dimilikinya. Jika masyarakat mencintai dan menghormatinya, maka ia disebut kiai. Begitu juga dengan sebutan Gus untuk anak-anak mereka," tambahnya.  

Buya juga menjelaskan bahwa ada anak-anak kiai yang sudah dipanggil Gus sejak kecil, bahkan sejak bayi. Meskipun pada akhirnya, ketika anak tersebut tumbuh dewasa dan menjadi kiai sendiri, gelar Gus tetap melekat sebagai panggilan yang akrab.  

Sementara itu dilansir dari NU online, dalam buku Baoesastra Djawa yang ditulis Poerwadarminta, menjelaskan bahwa kata ‘Gus’ berasal dari kata Bagus. Sejarah panggilan ‘Gus’ ini bermula dari tradisi keraton yang memanggil putra raja yang masih kecil dengan panggilan Raden Bagus atau disingkat Den Bagus.  

Dalam sebuah Jurnal berjudul Makna Sapaan di Pesantren: Kajian Linguistik-Antropologis yang ditulis Millatuz Zakiyah (2018) disebutkan bahwa seiring berjalannya waktu, putra kiai disapa ‘Gus’ tidak terbatas oleh umur. 

Oleh karena itu, kini panggilan Gus tetap disematkan walau putra kiai tersebut sudah beranjak dewasa. Panggilan ‘Gus’ juga melebar dan digunakan sebagai simbol ketokohan seseorang dari sisi agama. 

Sehingga, tidak lagi terbatas pada anak kiai. Artinya, seseorang yang mendalam pemahaman agamanya juga bisa saja dipanggil ‘Gus’. 

Jadi, panggilan ‘Gus’ berdasarkan kajian sosiologis bisa didapat secara alami (ascribed status) yang disebabkan faktor keturunan dan melalui proses perjuangan serta pengorbanan (achieved status). 

SPORT
Arena Olahraga Gelanggang Es dengan Airdome Terbesar se-Asia Tenggara Hadir di BSD City

Arena Olahraga Gelanggang Es dengan Airdome Terbesar se-Asia Tenggara Hadir di BSD City

Senin, 28 April 2025 | 22:50

Olahraga es tengah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat di Indonesia, seiring meningkatnya minat masyarakat dalam aktivitas rekreasi hingga kompetisi.

BISNIS
Naik 99,56 Persen, J Trust Bank Catat Laba Bersih Rp87,83 Miliar di Kuartal I 2025

Naik 99,56 Persen, J Trust Bank Catat Laba Bersih Rp87,83 Miliar di Kuartal I 2025

Selasa, 29 April 2025 | 19:55

PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) melanjutkan kinerja positif dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp87,83 miliar dalam Laporan Keuangan Kuartal I tahun 2025.

TOKOH
HUT ke-32, Praktisi Komunikasi Gunawan Ajak Semua Pihak Kolaborasi Bangun Kota Tangerang 

HUT ke-32, Praktisi Komunikasi Gunawan Ajak Semua Pihak Kolaborasi Bangun Kota Tangerang 

Jumat, 28 Februari 2025 | 15:11

Sejak resmi menjadi kota administratif pada 28 Februari 1993 setelah sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang telah menginjak usia ke-32 pada Jumat, 28 Februari 2025.

OPINI
Kepemimpinan Otentik Kepala Daerah

Kepemimpinan Otentik Kepala Daerah

Senin, 28 April 2025 | 17:39

Pilkada Serentak 2024 melahirkan Banyak Kepala daerah Terpilih sebagai Pemimpin Politik di daerah. Dampaknya adalah budaya retreat atau Pembekalan Yang dilaksanakan oleh Presiden RI melalui kementerian Dalam Negri kepada kepala daerah terpilih

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill