TANGERANGNEWS.com-Obesitas merupakan kondisi medis kronis yang dapat memicu berbagai penyakit serius, mulai dari diabetes tipe 2, penyakit jantung, hingga beberapa jenis kanker.
Pada umumnya, masalah kelebihan berat badan ini bisa diatasi dengan diet dan olahraga teratur. Namun bagi sejumlah orang, metode tersebut tidak berhasil dilakukan karena sejumlah faktor, salah satunya genetik.
Akhirnya, meskipun penderita obesitas tersebut udah melakukan berbagai upaya secara maksimal, namun tetap tidak ada perubahan.
Untungnya, saat ini sudah ada prosedur medis untuk mengatasi obesitas, yaitu prosedur bariatrik.
Konsultan Bedah Digestif Eka Hospital BSD dr. Handy Wing, Sp. B, Subsp. BD (K), FBMS, FICS, FInaCS, menjelaskan bariatrik adalah serangkaian prosedur bedah yang dilakukan pada sistem pencernaan, untuk membantu seseorang dengan obesitas ekstrem menurunkan berat badan.
"Prosedur ini bekerja dengan membatasi jumlah makanan yang dapat ditampung oleh lambung, mengurangi penyerapan kalori dan nutrisi, atau kombinasi keduanya," ujarnya, Selasa 6 Mei 2025.
dr. Handy menyebut ada beberapa jenis operasi bariatrik yang umum dilakukan seperti Pengecilan Lambung (sleeve gastrectomy), dimana sebagian besar lambung diangkat, hingga menyisakan bentuk tabung atau "lengan" yang lebih kecil.
"Ini membatasi jumlah makanan yang dapat ditampung dan juga mengurangi produksi hormon ghrelin yang memicu rasa lapar," jelasnya.
Lalu, Bypass Lambung Roux-en-Y (Roux-en-Y gastric bypass) yakni lambung dibagi menjadi kantong kecil dan langsung dihubungkan ke bagian tengah usus kecil. Ini membatasi asupan makanan dan mengurangi penyerapan kalori.
"Ada juga Pemasangan Balon Lambung (gastric balloon). Sebuah balon silikon yang dikembangkan dengan cairan dimasukkan ke dalam lambung melalui endoskopi. Balon ini mengisi sebagian ruang di lambung, memberikan rasa kenyang lebih cepat. Prosedur ini bersifat sementara," terang dr. Handy.
Dengan operasi ini, pasien hanya akan makan sedikit karena langsung merasa kenyang, sehingga porsi makannya berkurang.
"Jadi cuma butuh makan 2 sampai 3 sendok, kalau dipaksakan akan muntah. Tapi untuk kebutuhan nutrisi dibantu suplemen dan vitamin," tambanya.
Operasi batriatrik juga dilakukan dengan prosedur bedah minimal invasif yang menggunakan alat laparoskop, yakni tabung tipis dengan kamera di ujungnya. Jadi hanya membutuhkan sayatan sekitar 0,5-1 sentimeter sehingga meninggalkan bekas operasi yang kecil.
"Operasi hanya berlangsung 1 jam. Cukup 1-2 hari sudah bisa pulang ke rumah, hari kelima sudah bisa aktifitas seperti biasa. Resiko komplikasi lebih kecil dan bekas luka tidak kelihatan," ungkap dr. Handy.
Manfaat Prosedur Bariatrik
Adapun manfaat bariatrik bukan hanya untuk penurunan berat badan. Penelitian menunjukkan bahwa prosedur ini dapat secara signifikan memperbaiki atau bahkan mengatasi berbagai kondisi kesehatan terkait obesitas.
"Operasi ini dapat mengatasi berbagai penyakit akibat obesitas seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, sleep apnea, nyeri sendi, kesuburan. Secara keseluruhan, pasien yang menjalani bariatrik mengalami peningkatan kualitas hidup, kepercayaan diri, dan kesehatan mental," tambah dr. Handy.
Siapa yang Memenuhi Syarat untuk Bariatrik?
Menurut dr. Handy, tidak semua orang dengan kelebihan berat badan bisa menjalani operasi bariatrik. Biasanya, dokter akan mempertimbangkan beberapa faktor, termasuk Indeks Massa Tubuh (IMT).
Umumnya, kandidat memiliki IMT 35 atau lebih dengan kondisi kesehatan terkait obesitas. "IMT dibawah 25 ideal. Kalau di atas 35 sudah kategori obesitas berat atau ekstrem," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga akan memeriksa riwayat upaya penurunan berat badan, dimana pasien telah mencoba berbagai metode penurunan berat badan non-bedah tanpa hasil yang signifikan.
"Memang ada kondisi genetik yang membuat seseorang sama sekali tidak bisa menurunkan berat badan, karena metabolismenya tubuhnya rendah. Jadi mau diet atau olahraga sekeras apapun tidak mempan," paparnya.
Dengan demikian, jika seseorang masih dalam kategori obesitas rendah atau bisa diupayakan dengan diet dan olahraga, dr. Handy mengaku akan menolak melayani operasi bariatrik.
Sebab, bariatrik bukanlah solusi instan dan memerlukan komitmen jangka panjang terhadap perubahan gaya hidup.
"Ini solusi terakhir jika berbagai upaya non operasi sudah tidak bisa dilakukan. Jadi saya tegaskan ini operasi untuk kesehatan, bukan untuk kurus atau kecantikan," tegasnya.

Sementara itu, salah satu pasien yang berhasil melakukan operasi bariatrik di RS Eka Hospital, Prasasti Hikmah, 27, mengaku kualitas hidupnya berubah menjadi lebih baik.
Sebelumnya ia mengalami obesitas ekstrem dengan berat badan mencapai 110 kilogram. Tak hanya itu, ia juga sudah mengalami diebetes, kolesterol dan asam urat.
"Saya sudah mencoba beberapa metode diet tapi tidak berfungsi. Akhirnya ke Dokter Handy dan lakukan operasi bariatrik pada 2023. Di bulan awal setelah operasi, gula, kolesterol, dan asam urat jadi normal. Hasilnya berat badan saya turun jadi 65 Kg dalam setahun," ungkapnya.