Connect With Us

BMKG Ungkap Penyebab Kemarau Basah yang Masih Guyur Hujan di Agustus 2025

Fahrul Dwi Putra | Sabtu, 9 Agustus 2025 | 11:51

Ilustrasi hujan lebat. (@TangerangNews / iNews)

TANGERANGNEWS.com- Meski Agustus umumnya menjadi puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, tahun ini hujan masih kerap turun di sejumlah daerah. 

Fenomena ini dikenal sebagai kemarau basah, di mana curah hujan tetap terjadi meski sedang berada di musim kemarau.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, dalam tiga hari pertama Agustus 2025 hujan lebat hingga ekstrem melanda beberapa wilayah. Misalnya Jabodetabek dengan intensitas hujan mencapai 121,8 mm per hari.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, kondisi ini masih tergolong normal secara klimatologis. 

“Seperti yang disampaikan BMKG, kondisi ini akan berlanjut hingga musim hujan tiba,” ujarnya, Rabu 6 Agustus 2025 dikutip dari CNN Indonesia.

Menurut BMKG, ada sejumlah faktor yang memicu kemarau basah tahun ini. Indian Ocean Dipole (IOD) berada pada level negatif (-0,6) dengan suhu laut yang hangat sehingga meningkatkan pasokan uap air di atmosfer. Aktivitas gelombang Madden-Julian Oscillation (MJO) yang aktif di wilayah Sumatera hingga Jawa bagian barat juga memperbesar peluang terbentuknya awan hujan.

Selain itu, kemunculan Bibit Siklon Tropis 90S di Samudra Hindia barat daya Bengkulu memicu konvergensi angin di sepanjang Pulau Jawa. 

Faktor ini diperkuat oleh suhu muka laut yang hangat di perairan Indonesia serta aktivitas gelombang atmosfer seperti Kelvin, Rossby Ekuator, dan Low-Frequency yang sedang aktif.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sebelumnya telah menjelaskan, anomali curah hujan ini telah terjadi sejak Mei 2025 dan diperkirakan bertahan hingga Oktober. 

“Melemahnya Monsun Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan tersebut,” katanya dalam konferensi pers daring awal Juli lalu.

Sementara itu, pakar klimatologi BRIN, Erma Yulihastin, memprediksi curah hujan di Agustus akan meningkat dua kali lipat dibanding Juli, terutama pada dasarian ketiga atau periode 21–31 Agustus. 

Ia menambahkan, cuaca buruk pada periode tersebut kemungkinan akan lebih merata. Vorteks yang bergerak lebih dekat dengan wilayah Indonesia diperkirakan memicu peningkatan intensitas hujan hingga dua kali lipat dari kondisi saat ini.

“Oleh karena itu pemerintah agar bersiap dan memitigasi banjir meluas di Jabodetabek, yang berpotensi menimbulkan kerugian Rp2-10 triliun jika terjadi banjir selama seminggu. Masyarakat agar waspada, terutama yang tinggal di sekitar DAS,” ujarnya.

BANTEN
Tangani Radiasi Cesium-137 di Cikande, Pemprov Banten Relokasi Warga Targetkan Dekontaminasi 2 Bulan

Tangani Radiasi Cesium-137 di Cikande, Pemprov Banten Relokasi Warga Targetkan Dekontaminasi 2 Bulan

Senin, 13 Oktober 2025 | 21:10

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten bersama Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Bahaya Radiasi Radionuklida Cesium-137 (Cs-137) mengambil langkah taktis dan terukur untuk menuntaskan masalah radiasi di kawasan Modern Cikande, Kabupaten Serang.

BANDARA
Polisi Gaet Ormas hingga LSM Jaga Bandara Soekarno-Hatta

Polisi Gaet Ormas hingga LSM Jaga Bandara Soekarno-Hatta

Minggu, 12 Oktober 2025 | 11:07

Keamanan kawasan vital sekelas Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) di Kota Tangerang tidak hanya di tangan polisi.

TOKOH
Kabar Duka, Ketua KONI Banten Edi Ariadi Meninggal Dunia di RS Siloam Karawaci

Kabar Duka, Ketua KONI Banten Edi Ariadi Meninggal Dunia di RS Siloam Karawaci

Senin, 8 September 2025 | 08:52

Kabar duka datang dari keluarga besar Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Banten. Ketua Umum KONI Banten, Edi Ariadi, yang juga mantan Wali Kota Cilegon periode 2016-2021, meninggal dunia pada Senin, 8 September 2025, pagi.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill