Connect With Us

Kekerasan dalam Pendidikan

Tim TangerangNews.com | Senin, 20 Desember 2021 | 13:29

Abdul Mu'ti. (@TangerangNews / umm.ac.id)

Abdul Mu'ti; Guru Besar FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

TANGERANGNEWS.com-Dalam beberapa bulan terakhir, dunia pendidikan diguncang berbagai isu kekerasan. Terakhir, kekerasan seksual yang dialami murid sebuah pesantren di Bandung, Jawa Barat. Sebelumnya, kekerasan seksual di beberapa perguruan tinggi. Pelaku dan korban relatif sama. Guru-murid, dosen-mahasiswa.

Kekerasan dalam dunia pendidikan adalah paradoks. Dunia pendidikan yang idealnya tempat membangun peradaban justru ternoda aksi kekerasan. Guru, ustaz, dan dosen yang seharusnya menjadi figur teladan justru menjadi sosok yang jauh dari perilaku utama. Lembaga pendidikan menjadi tempat tak aman dari kekerasan.

Pergeseran paradigma

Dari sudut moralitas, dunia pendidikan sedang tidak baik-baik saja. Kekerasan yang terus berulang bukanlah masalah sederhana. Akar masalahnya sangat kompleks. Pertama, masalah yang bermuara pada pergeseran orientasi pendidikan yang menekankan secara berlebihan pada aspek knowledge and skills acquisition.

Pembentukan karakter utama dan akhlak mulia masih belum mendapatkan perhatian semestinya. Pendekatan pendidikan masih examination ridden, murid dituntut menguasai materi sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan memenuhi skor minimal satuan pendidikan.

Lembaga pendidikan menjadi tempat tak nyaman dan membosankan. Keadaan demikian, menurut John Holt dalam How Children Fail (2017) merupakan salah satu sebab kegagalan murid dalam belajar. Murid belajar dengan pendekatan surface dan achievement bukan deep learning (Biggs, 1995).

Dimensi ontologi dan aksiologi ilmu tercerabut dari tumpukan materi pelajaran. Pelajaran agama semata untuk menguasai pengetahuan (learning to know).  Alquran hanya dihafal secara verbalistis tanpa pemaknaan, internalisasi, dan pengamalan.

Kedua, pergeseran paradigma keguruan. Dalam beberapa hal, pergeseran ini karena kemajuan teknologi dan falsafah pendidikan yang menempatkan guru sebagai fasilitator pembelajaran.

Guru dituntut mendemonstrasikan kemampuan mengajar dan belajar efektif dan efisien dengan menerapkan teori mutakhir seperti quantum learning dan quantum teaching.

Peran guru sebagai mentor dan figur sentral yang tecermin pada kepribadian utama yang digugu dan ditiru mulai berkurang, bahkan dianggap klise. Relasi dengan murid egalitarian dan terlalu dekat membuat wibawa guru cenderung berkurang.

Ketiga, indoktrinasi keagamaan yang menempatkan guru pada posisi "agung". Akibatnya, murid terjebak pada kepatuhan buta. Murid tak kuasa dan tak berani membantah  atau menolak kehendak guru karena takut "dosa".

Paradigma inilah yang sering "dimanfaatkan" sebagian guru untuk melakukan kekerasan seksual, eksploitasi, dan perbuatan tercela lainnya. Relasi kuasa akar berbagai bentuk kekerasan yang jamak terjadi di lembaga pendidikan keagamaan, tak hanya di lingkungan Islam tapi juga agama lainnya.

Keempat, lemahnya pengawasan pihak berwenang. Selama ini, pengawas pendidikan lebih fokus pada hal terkait kurikulum, misalnya penyusunan rencana pembelajaran, ketercapaian materi, dan evaluasi. Pembinaan karakter belum menjadi bagian utama dalam supervisi dan monitoring pendidikan.

Pembentukan adab

Syed Naquib Al-Attas berpendapat, hakikat pendidikan adalah proses ta'dib: pembentukan adab. Al-Attas merujuk hadis: "Addabani Rabbi fa ahsana ta'dibi". Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20/2003 disebutkan, pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa.

Secara regulasi, pendidikan karakter memiliki landasan hukum kuat, antara lain diatur dalam Inpres 12/2016 tentang gerakan nasional penguatan revolusi mental, Perpres 87/2017 tentang pendidikan karakter, dan Permendikbud Nomor 20/2018 tentang penguatan pendidikan karakter.

Sayangnya, pendidikan karakter belum terlaksana dengan baik karena kesenjangan filosofi, world view, dan implementasi. Yang diperlukan, peneguhan (kembali) hakikat pendidikan sebagai proses pendidikan karakter yang menentukan pembentukan manusia seutuhnya.

Belajar lebih berorientasi pada ilmu bukan sebatas pengetahuan. Pendekatan pembelajaran ditekankan pada deep learning. Orientasinya bukan akumulasi pengetahuan tetapi seberapa mendalam, dan makna dari ilmu yang dipelajari. Target materi dengan pola KKM sudah waktunya dievaluasi.

Tak kalah penting, mengembalikan posisi guru sebagai agen ilmu dan akhlak. Penekanan pendidikan guru pada pembentukan kepribadian guru, bukan sebatas kompetensi profesional dan akademik. Kepada para murid juga perlu ditanamkan sikap kritis dan berani.

Pembiasaan sikap terbuka dan keberanian berkata "tidak" terhadap hal yang bertentangan dengan ilmu dan akhlak, perlu perhatian lebih serius. Keadaan tak lebih baik dengan caci maki. Banyak yang harus dibenahi. Semua bisa terlaksana jika dilakukan bersama-sama, sepenuh jiwa.

TagsOpini
PROPERTI
Catat Penjualan Positif Sepanjang Tahun, ModernCikande Raih Penghargaan PIA 2025 dan 

Catat Penjualan Positif Sepanjang Tahun, ModernCikande Raih Penghargaan PIA 2025 dan 

Rabu, 26 November 2025 | 14:52

Kawasan industri ModernCikande Industrial Estate (MCIE) l dinobatkan sebagai peraih penghargaan Properti Indonesia Award 2025 untuk kategori Property Development – Industrial Estate Development

KAB. TANGERANG
Viral! Seorang Ibu Nyaris Diamuk Massa Gegara Belanja Pakai Uang Palsu di Tigaraksa

Viral! Seorang Ibu Nyaris Diamuk Massa Gegara Belanja Pakai Uang Palsu di Tigaraksa

Kamis, 4 Desember 2025 | 22:07

Seorang ibu nyaris menjadi sasaran amukan massa karena kedapatan berbelanja menggunakan uang palsu di Pasar Gudang, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang pada Kamis 04 Desember 2025.

TOKOH
Innalillahi, Epy Kusnandar ”Kang Mus” Meninggal Dunia

Innalillahi, Epy Kusnandar ”Kang Mus” Meninggal Dunia

Rabu, 3 Desember 2025 | 18:21

Kabar duka datang dari dunia hiburan Tanah Air. Aktor senior Epy Kusnandar meninggal dunia pada Rabu, 3 Desember 2025.Informasi tersebut pertama kali dibagikan melalui unggahan akun Instagram istrinya, Karina Ranau.

WISATA
Sambut Malam Tahun Baru 2026, Atria Hotel Gading Serpong Hadirkan Perayaan Bertema Galactic Countdown

Sambut Malam Tahun Baru 2026, Atria Hotel Gading Serpong Hadirkan Perayaan Bertema Galactic Countdown

Sabtu, 22 November 2025 | 18:24

Dalam rangka merayakan malam pergantian tahun, Atria Hotel Gading Serpong Tangerang menghadirkan paket khusus bertema Galactic Countdown 2026.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill