Connect With Us

Semester Delapan Ujian Terberat Mahasiswa Bernama “Skripsi”

Rangga Agung Zuliansyah | Kamis, 10 Juli 2025 | 12:57

Niptahul Anwar, Mahasiswa Semester 8 Universitas Yuppentek Indonesia. (@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)

Oleh: Niptahul Anwar, Mahasiswa Semester 8 Universitas Yuppentek Indonesia

 

TANGERANGNEWS.com-Semester delapan dalam jenjang pendidikan tinggi tidak sekadar menjadi fase penutup dari sebuah perjalanan akademik. Ia adalah titik kulminasi dari seluruh proses pembelajaran yang telah dilalui mahasiswa selama bertahun-tahun, sekaligus menjadi medan ujian multidimensi yang menguji ketahanan mental, kedewasaan berpikir, serta manajemen emosi.

Pada titik inilah, mahasiswa menghadapi tantangan terbesar dalam bentuk tugas akhir atau skripsi sebuah karya ilmiah yang merepresentasikan kemampuan berpikir kritis, kemandirian intelektual, dan penguasaan metodologi riset yang valid. Namun, kenyataannya, alih-alih menjadi proses yang membebaskan, skripsi justru kerap menjelma sebagai fase yang membebani. Banyak mahasiswa merasa tidak hanya kesulitan dalam aspek teknis penulisan, tetapi juga mengalami tekanan psikososial yang berakibat pada kemunduran motivasi dan performa akademik secara keseluruhan.

 

Tekanan Akademik yang Meningkat Tajam

Tekanan akademik yang dialami mahasiswa semester akhir cenderung meningkat secara eksponensial, terutama saat mereka memasuki fase penyusunan skripsi. Penelitian oleh Febriana & Sulistiyani (2020) mencatat bahwa 65% mahasiswa mengalami tingkat stres akademik yang signifikan, yang dapat berdampak langsung pada kualitas hasil akademik serta waktu penyelesaian studi. Stres ini bukan semata-mata disebabkan oleh kompleksitas topik atau kesulitan teknis dalam menulis, melainkan juga karena keterbatasan akses terhadap bimbingan yang berkualitas, ketidakjelasan ekspektasi dosen pembimbing, serta kurangnya sumber daya akademik seperti jurnal ilmiah, pelatihan metodologi, dan forum diskusi ilmiah.

Faktor eksternal seperti tekanan keluarga untuk cepat menyelesaikan studi dan segera bekerja juga menambah beban psikologis mahasiswa. Dalam konteks sosiologis, mahasiswa sering menjadi objek harapan keluarga sebagai simbol keberhasilan sosial, terutama dalam keluarga kelas menengah ke bawah. Harapan ini menjelma menjadi tekanan internal yang membuat mahasiswa merasa bersalah apabila mengalami keterlambatan. Sementara itu, menurut studi Sari & Fitriana (2022), mahasiswa yang menyambi pekerjaan karena tuntutan ekonomi cenderung memiliki waktu belajar yang terbatas dan mengalami konflik peran antara tanggung jawab akademik dan profesional. Dalam teori peran ganda (role conflict), kondisi ini memperbesar risiko kelelahan akademik dan menurunnya efisiensi kognitif dalam menulis skripsi.

 

Krisis Makna dan Turunnya Motivasi

Ketika skripsi menjadi proses yang kering secara emosional dan kognitif, mahasiswa mulai mengalami krisis makna akademik. Studi Maulana & Rachman (2021) menemukan bahwa mahasiswa semester delapan rentan mengalami academic burnout, yaitu keadaan kelelahan emosional dan perasaan terasing dari aktivitas akademik karena tekanan yang terus menerus tanpa dukungan yang memadai. Gejala ini termasuk hilangnya minat belajar, sikap sinis terhadap pendidikan, serta perasaan tidak berdaya dalam menyelesaikan studi. Mahasiswa yang mengalami burnout cenderung menunda proses penulisan, kehilangan fokus, dan pada beberapa kasus mengalami kecemasan yang berujung pada gangguan psikologis.

Dalam beberapa kasus, mahasiswa bahkan mempertanyakan ulang keputusan mereka dalam memilih jurusan atau topik penelitian. Hal ini terjadi ketika topik skripsi tidak berasal dari ketertarikan intrinsik mahasiswa, melainkan karena dipaksakan oleh sistem atau arahan pembimbing. Ini menciptakan cognitive dissonance kondisi di mana seseorang merasa tidak nyaman karena adanya konflik antara nilai pribadi dan tugas yang dijalankan. Akibatnya, proses penulisan skripsi menjadi beban yang melemahkan semangat belajar, alih-alih menjadi proses aktualisasi diri akademik.

 

Minimnya Infrastruktur dan Dukungan Kampus

Faktor lain yang memperberat beban mahasiswa semester akhir adalah minimnya infrastruktur dukungan dari institusi pendidikan tinggi. Prasetyo et al. (2023) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sebagian besar kampus di Indonesia belum memiliki sistem pendampingan skripsi yang terstruktur secara holistik, terutama dalam hal monitoring psikologis dan akademik. Bimbingan masih bersifat insidental, bergantung pada inisiatif mahasiswa atau ketersediaan dosen, dan belum didukung dengan sistem digital atau berbasis data yang memungkinkan pemetaan progres secara objektif.

Padahal, literatur pendidikan tinggi global menekankan pentingnya pendekatan berbasis student support services, yaitu layanan pendampingan multidimensi akademik, emosional, dan social yang terintegrasi dalam manajemen perguruan tinggi. Salah satu contoh praktik baik yang direkomendasikan oleh Wulandari & Hasanah (2020) adalah sistem mentoring kelompok, di mana mahasiswa semester akhir ditempatkan dalam kelompok studi kecil dengan fasilitator dari mahasiswa tingkat atas atau alumni. Pendekatan ini terbukti meningkatkan rasa keterikatan, mempercepat penyelesaian skripsi, serta mengurangi tingkat isolasi sosial yang kerap dirasakan mahasiswa.

 

Perlu Reorientasi dan Reformasi Pendekatan

Melihat kompleksitas tantangan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi, sudah saatnya ada reorientasi pendekatan dari sekadar tuntutan administratif menjadi sistem pembinaan akademik yang transformatif. Skripsi tidak bisa hanya dipandang sebagai dokumen akademik, melainkan sebagai produk akhir dari serangkaian proses pengembangan intelektual dan etika keilmuan. Untuk itu, kampus perlu membangun ekosistem pendukung yang berkelanjutan dan terukur.

Pertama, perlu adanya sistem bimbingan akademik berbasis jadwal wajib, di mana dosen pembimbing memiliki komitmen waktu yang terstruktur dan mahasiswa memiliki target capaian bulanan yang jelas. Kedua, kampus perlu menyediakan layanan psikologi kampus yang aktif, dengan konselor khusus untuk mahasiswa semester akhir agar bisa mendampingi dalam mengelola stres dan kecemasan. Ketiga, pembekalan penulisan ilmiah dan metodologi riset sebaiknya sudah diintegrasikan ke dalam kurikulum semester lima atau enam, bukan baru diberikan menjelang seminar proposal. Dan terakhir, untuk jurusan terapan, dapat diimplementasikan model skripsi berbasis proyek kolaboratif, di mana mahasiswa menyelesaikan penelitian dalam tim kecil dengan hasil yang aplikatif, relevan, dan bisa dikembangkan menjadi produk sosial atau teknologi nyata.

Pada akhirnya, semester delapan harus diredefinisi sebagai fase pemerdekaan intelektual mahasiswa. Skripsi bukan sekadar tugas yang harus diselesaikan demi kelulusan, melainkan tonggak penting dalam proses pendewasaan ilmiah. Mahasiswa yang berhasil menyelesaikan skripsi seharusnya bukan hanya lulus secara administratif, tetapi juga telah mengalami transformasi pemikiran, mengasah ketajaman analisis, dan memahami etika keilmuan yang kelak menjadi fondasi dalam karier profesional dan kontribusi sosialnya. Dengan membenahi sistem pendampingan dan mengubah paradigma pendidikan tinggi dari “menuntut hasil” menjadi “membangun proses”, kita dapat mencegah lahirnya generasi sarjana yang patah secara psikologis, dan sebaliknya melahirkan lulusan yang tangguh, reflektif, dan produktif.

TEKNO
Waspada Pembobolan Rekening Lewat WA, Ini Modus dan Cara Mengatasinya

Waspada Pembobolan Rekening Lewat WA, Ini Modus dan Cara Mengatasinya

Minggu, 6 Juli 2025 | 13:39

Sniffing merupakan metode peretasan yang memungkinkan pelaku mengintip dan mencuri data digital yang dikirim melalui jaringan internet, terutama WiFi publik.

NASIONAL
Belum Final, Menpan RB Sebut Kenaikan Gaji PNS 2025 Masih dalam Pembahasan

Belum Final, Menpan RB Sebut Kenaikan Gaji PNS 2025 Masih dalam Pembahasan

Kamis, 10 Juli 2025 | 18:50

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Rini Widyantini menyatakan rencana kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS) tahun 2025 masih dalam tahap pembahasan bersama Kementerian Keuangan.

BANDARA
Kabur ke Indonesia, Kemenkum RI Ekstradisi WNA Rusia

Kabur ke Indonesia, Kemenkum RI Ekstradisi WNA Rusia

Kamis, 10 Juli 2025 | 18:51

Kementerian Hukum (Kemenkum) RI mengekstradisi warga negara Rusia bernama Alexander Vladimirovich Zverev (AZV) ke negara asalnya, setelah pemerintah negara federasi Rusia memohon langsung ke Pemerintah RI.

BANTEN
PLN Mobile Jawara Run 2025 Digelar di KP3B Banten, Andra Soni: Boleh Asal Jaga Kebersihan 

PLN Mobile Jawara Run 2025 Digelar di KP3B Banten, Andra Soni: Boleh Asal Jaga Kebersihan 

Kamis, 10 Juli 2025 | 18:40

Gubernur Banten Andra Soni mendukung penuh gelaran olahraga akbar PLN Mobile Jawara Run 2025, yang akan berlangsung di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kecamatan Curug, Kota Serang pada Minggu, 3 Agustus 2025.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill