TANGERANGNEWS.com-Badan Gizi Nasional (BGN) pada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tegaskan distribusi Makan Bergizi Gratis (MBG) tetap berjalan, pasca ditemukannya makanan diduga basi di SDN 03 Rawa Buntu.
Kepala SPPG Tangsel Nindy Sabrina menuturkan, kejadian makanan diduga basi tersebut dilaporkan oleh salah satu wali murid di dalam video yang menyebutkan bahwa tahu bakso ayam tersebut berlendir dan memiliki rasa yang aneh.
Setelah dikonfirmasi ke pihak sekolah, sambungnya, ternyata makanan yang diberikan adalah makanan pagi yang dibagikan dan dikonsumsi anak di sore hari.
"Ahli gizi SPPG menyebutkan makanan tersebut sudah diuji secara organoleptik (rasa, tekstur, aroma) pada pagi hari sebelum dibagikan dan hasilnya aman untuk didistribusikan," terangnya, Rabu 30 Juli 2025.
Nindy tak menampik memang perlu adanya pengawasan ketat di masing SPPG dalam proses pembuatan makanan.
Akan tetapi, edukasi untuk siswa dan wali murid juga perlu dilakukan bahwa makanan basah yang dibagikan sebaiknya dikonsumsi dalam jangka waktu dua jam.
"Kejadian ini tidak membuat SPPG lainnya di Tangsel berhenti operasi. Proses evaluasi dilakukan hanya di SDN Rawa Buntu 03 saja," tuturnya.
Ia menambahkan saat ini MBG di Tangsel telah bekerja sama dengan dinas kesehatan dan puskesmas dalam monitoring kualitas makanan yang diberikan.
Setiap SPPG juga dimonitor Badan Intelijen Negara (BIN) daerah Tangsel dan instansi, agar program ini berjalan sesuai koridor.
"Agar penerima manfaat mendapatkan kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan harapan," pungkasnya.
Ia menambahkan, program MBG di Tangsel sudah berjalan sejak Januari 2025 dengan total 14 SPPG.
"Kurang lebih telah melayani 40 ribu penerima manfaat, mulai anak sekolah dan berkembang ke ibu hamil, busui, serta balita," tandasnya.
Sebelumnya, ramai diberitakan pihak SDN Rawa Buntu 03 Tangsel mengeluhkan adanya menu MBG diduga dalam kondisi basi yang dibagikan kepada 900 siswa di sekolah tersebut, pada Kamis 17 Juli 2025 lalu.
Makanan berupa tahu isi tersebut diterima siswa dalam keadaan sudah berlendir. Hal itu pun menuai protes dari para orang tua murid, karena menanggap anak-anaknya diberi makanan yang kondisinya kurang layak.