Connect With Us

Orang Tua Wajib Tahu, Kenali Gangguan Hip Dysplasia pada Bayi

Fahrul Dwi Putra | Selasa, 3 Oktober 2023 | 20:27

Ilustrasi balita (@TangerangNews / Istimewa )

TANGERANGNEWS.com- Melihat proses pertumbuhan seorang anak selalu membuat kagum dan bahagia bagi para Ayah dan Ibu. 

Proses ini ketika si kecil mulai mengangkat kepala sendiri, merangkak, hingga bisa berjalan secara aktif, biasanya dimulai saat mereka menginjak usia 1-2 tahun dan tentunya tidak terjadi begitu saja dalam sekejap. 

Proses berjalan memang cukup memakan waktu hingga akhirnya si kecil dapat berjalan sendiri dengan tegap.

Namun proses itu bisa saja terhambat apabila mereka mengalami hip dysplasia, sebuah gangguan pada panggul yang terjadi cukup umum pada bayi. 

Konsultan Orthopedi Anak Eka Hospital BSD Tangerang Selatan (Tangsel) dr. Patar Parmonangan Oppusunggu, Sp.OT (K) menjelaskan, Hip dysplasia atau biasa dikenal dengan istilah bayi lepas panggul adalah gangguan pada panggul yang menyebabkan sendi panggul yang berbentuk seperti soket tidak memegang bagian bola tulang paha atas sepenuhnya. 

Hal ini memungkinkan sendi panggul mengalami dislokasi sebagian atau seluruhnya.

Kondisi ini sebaiknya jangan disepelekan karena bisa berdampak pada proses pertumbuhan dan juga kenyamanan si kecil.

Apa Penyebab dari Hip Dysplasia?

Dokter Patar menyebut hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa yang bisa menyebabkan seorang anak bisa mengalami panggul lepas, namun biasanya kondisi ini sudah dapat berkembang ketika mereka telah dilahirkan yang dinamakan sebagai Developmental dysplasia.

Developmental dysplasia sendiri merupakan gangguan perkembangan panggul pada bayi yang dapat terjadi karena karena beberapa faktor. 

Meski bisa dialami oleh semua anak, ada beberapa faktor yang dipercaya dapat meningkatkan risiko developmental dysplasia pada si kecil, seperti:

  • Berjenis kelamin perempuan, anak perempuan diketahui memiliki risiko hip dysplasia 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki karena secara biologis perempuan memiliki ukuran panggul yang lebih besar daripada laki-laki.
  • Anak sulung, anak pertama diketahui juga memiliki risiko hip dysplasia yang lebih tinggi karena kondisi rahim ibu yang masih ketat dan kencang saat pertama kali mengandung.
  • Kehamilan bayi sungsang, ketika bayi dalam posisi terbalik di dalam rahim dimana bokong yang menghadap ke bawah dan bukan kepala.
  • Pengaruh faktor genetik, seperti memiliki riwayat keluarga yang pernah mengalami hip dysplasia sebelumnya.

Selain itu, hip dysplasia juga bisa diketahui dapat terjadi karena kebiasaan membedong yang kurang baik pada si kecil. 

Membedong adalah teknik membalut tubuh si kecil dengan kain untuk menjaga suhu dan posisinya tetap terjaga.

Tak hanya itu, membedong memiliki manfaatnya tersendiri untuk bayi dan juga orangtua, namun apabila teknik yang dilakukan kurang tepat, membedong bisa menyebabkan panggul lepas pada bayi.

Seperti Apa Gejala Hip Dysplasia?

Terkadang sulit bagi kita sebagai orangtua untuk melihat gejala hip dysplasia pada si kecil yang mungkin tidak akan begitu ekspresif, ini dikarenakan kebanyakan kasus developmental dysplasia tidak menyebabkan sakit pada mereka. 

Oleh sebab itu sebagai orangtua, Anda harus lebih waspada akan gejala-gejala dari hip dysplasia pada si kecil, beberapa gejala yang bisa diwaspadai yaitu:e

  • Sendi panggul mengeluarkan bunyi ketika digerakan.
  • Panjang kaki kanan dan kaki kiri yang berbeda.
  • Adanya keterbatasan rentang gerak pada salah satu sendi panggul.
  • Anak terlihat pincang ketika sudah mulai bisa berjalan.

Apakah Hip Dysplasia Bisa Sembuh?

Tidak perlu khawatir, karena hip dysplasia dapat ditangani dengan metode pengobatan dan terapi yang benar dari Dokter Spesialis Ortopedi Pediatri. 

Dokter dapat melakukan pemeriksaan awal dengan melakukan imaging test atau pencitraan dengan beberapa metode, seperti:

• Ultrasound

• Sinar-X

Penggunaan tes tersebut ditujukan untuk melihat posisi sendi panggul sehingga dokter bisa menentukan metode penanganan yang tepat dan apakah operasi perlu dilakukan. 

Penanganan hip dysplasia sendiri juga bervariasi berdasarkan dari umur, kondisi, dan tingkat keparahan tulang.

Dalam beberapa kasus, ada bayi yang bisa sembuh dengan sendirinya hanya dengan penyesuaian perawatan dan gaya hidup, namun dalam beberapa kasus si kecil akan membutuhkan penanganan secara medis, beberapa diantaranya dapat direkomendasikan seperti:

1. Penggunaan penyangga panggul (Pavlik Harness)

Dalam beberapa kasus seperti bayi yang masih di bawah 6 bulan, dokter biasanya akan merekomendasikan penggunaan pavlik harness atau penyangga panggul untuk membatasi pergerakan panggul si kecil selagi dalam masa pemulihan.

Perawatan dengan pavlik harness biasanya berlangsung sekitar 6–12 minggu dan si kecil harus menjalani pemeriksaan setiap 1–3 minggu dengan Sinar-X atau USG panggul untuk melihat perkembangan panggulnya. Selama kunjungan, dokter dapat menyesuaikan penggunaan penyangga jika diperlukan.

2. Closed Reduction and Casting (Non-Operatif)

Ada metode non-operatif yang dapat dilaksanakan, biasanya jika penggunaan penyangga tidak menunjukan hasil yang baik. 

Metode ini dilakukan dengan memindahkan posisi sendi secara manual dengan bantuan pemeriksaan pencitraan.

Menurut dokter Patar, metode ini biasa digunakan apabila penggunaan penyangga tidak bekerja dengan baik atau jika bayi sudah berusia di atas 6 bulan.

Selama prosesnya, si kecil akan berada dalam pengaruh obat bius lokal sehingga mereka tidak akan merasakan sakit dan metode ini cukup efektif karena prosesnya yang cepat.

3. Open Reduction and Casting (Operatif)

Penggunaan metode operasi merupakan metode terakhir yang dilakukan jika umur si kecil sudah melebihi 18 bulan atau metode pengobatan lainnya tidak bekerja dengan sesuai harapan. 

Metode ini dilakukan dengan membuat sayatan kecil di bagian panggul dan dokter akan menaruh kembali sendi panggul ke dalam soketnya menggunakan peralatan bedah.

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Sebaiknya, segera bawa si kecil ke dokter apabila Anda mulai menduga mereka menunjukan gejala hip dysplasia. 

Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kenyamanan si kecil saat tumbuh nanti, sehingga semakin cepat penanganan dilakukan maka semakin cepat juga si kecil bisa tumbuh dengan baik.

Anak yang menjalani pengobatan hip dysplasia biasanya akan melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter hingga mereka menyentuh umur 18 tahun atau proses pertumbuhan telah berhenti sepenuhnya, untuk memastikan hasil pengobatan telah bekerja dengan maksimal dan panggul telah berkembang dengan baik.

 

 

 

NASIONAL
Musim Pancaroba Jadi Mudah Sakit, Ternyata Ini Sebabnya 

Musim Pancaroba Jadi Mudah Sakit, Ternyata Ini Sebabnya 

Kamis, 2 Mei 2024 | 08:44

Musim pancaroba merupakan periode peralihan antara musim yang seringkali ditandai dengan cuaca yang tidak menentu.

BANTEN
May Day, Pj Gubernur Banten Mancing Bareng Buruh di Tangsel

May Day, Pj Gubernur Banten Mancing Bareng Buruh di Tangsel

Rabu, 1 Mei 2024 | 19:47

Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar ikut memperingati Hari Buruh Internasional (May Day) 2024, dengan mancing bersama buruh Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Rabu 1 Mei 2024.

SPORT
Begini Strategi Jakarta Electric Sabet Kemenangan di PLN Mobile Proliga 2024

Begini Strategi Jakarta Electric Sabet Kemenangan di PLN Mobile Proliga 2024

Kamis, 2 Mei 2024 | 15:24

Jakarta Electric PLN optimistis dapat meraih kemenangan pada pekan kedua putaran pertama PLN Mobile Proliga 2024, yang akan digelar di Gedung Olahraga (GOR) Jatidiri, Semarang.

BANDARA
Mulai 1 Mei, Transjakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno-Hatta Ditarif Rp3.500

Mulai 1 Mei, Transjakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno-Hatta Ditarif Rp3.500

Jumat, 26 April 2024 | 14:04

Transportasi umum Transjakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta (Soetta), bakal ditetapkan tarif berbayar sebesar Rp3.500.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill